Beranda | Artikel
Sifat-sifat Orang yang Muttaqin
Rabu, 5 September 2012

SIFAT-SIFAT ORANG YANG MUTTAQIN

(Ringkasan Khutbah Idul Firi 1 Syawal 1433H)

Sidang shalat ‘idul fitri yang berbahagia….

Dihari yang penuh berkah ini kita berkumpul di sini dalam rangka melaksanakan shalat ‘idul fitri secara berjema’ah. Suara takbir bergema ke angakasa di seluruh penjuru nusantara. Ini adalah pertanda bahwa bulan Ramdhan telah pergi meningalkan kita. Bulan yang penuh berkah, penuh rahmat dan maghfirah. Bulan yang di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan yang padanya dibuka pintu-pintu surga dan ditutup pintu-pintu neraka serta dibelenggunya stan-setan. Bulan tempat mendulang pahala dan pembakaran dosa.

Kita amat bersyukur pada Allah yang telah menjadikan kita dapat menemui Ramdhan tahun ini serta memberikan taufik kepada kita untuk mengisinya dengan segala rangkaian ibadah dan amal sholeh. Kita tidak dapat mastikankan akankah kita berjumpa kembali dengannya entah tidak.

Semoga Allah menerima rangkaian ibadah Ramadhan kita baik berupa puasa, tarawih, tadarus Al Qur’an maupun infak dan sedekah.

Selanjutnya selawat beserta salam kita kirimkan untuk arwah nabi kita, penghulu dan penutup para nabi dan rasul, nabi Muhammad r, manusia yang paling agung akhlaknya, nabi pembawa rahmat untuk seluruh umat manusia, semoga selawat dan salam juga terlimpah untuk para sahabat dan keluarga beliau, generasi tauladan umat ini. Yang telah berjuang dan berkorban demi tegaknya agama yang mulia ini.

Jema’ah shalat idul fitri yang dimuliakan Allah…

Nabi kita Muhammad r bersabda:

((للصائم فرحتان؛ فرحة عند فطره وفرحة عند لقاء ربّه)). متفق عليه.

“Bagi orang bepuasa dua kebahagian; bahagia saat lebaran dan bahagia saat berjumpa Tuhannya”.

Pada hari ini banyak orang yang berbahagia dengan baju baru, sarung baru dan sepatu baru. Namun yang mesti menjadi pertanyaan pada diri kita masing-masing apakah kita termasuk orang-orang berbahagia ketika bejumpa dengan Tuhannya?

Jawabannya ada pada diri kita masing-masing tentang apa yang telah dilakukannya pada bulan Ramdhan yang baru saja meningalkan kita.

Orang yang akan berbahagia kelak ketika menhadap Robnya adalah orang dapat meraih nilai-nilai ketaqwaan pada Ramadhan tersebut. Lalu nilai ketaqwaan tersebut senantiasa bertahan dalam dirinya, meskipun Ramadhan telah berpisah dengannya. Mencapai pringkat taqwa adalah tujuan disyari’atkannya ibadah puasa.

Jema’ah shalat idul fitri yang dirahmati Allah,,,

Pada kesempatan yang berbahagia ini khotib ingin mengajak kita semua untuk mengenal beberapa sifat orang muttaqiin. Mereka adalah orang-orang berbahagia ketika bejumpa dengan Robnya.

Beberapa sifat mereka Allah sebutkan dalam surat Al baqarah ayat 177.

{لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آَمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآَتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآَتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ}

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, kepada hari kemudian, kepada para malaikat, kepada kitab-kitab, kepada para nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang kehabisan bekal) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakw”a.

Dalam ayat diatas terdapat sepuluh sifat atau ciri orang muttaqin (orang-orang yang betaqwa):

Sifat orang muttaqin yang pertama: Beriman kepada Allah

Orang yang tidak beriman kepada Allah, niscaya segala bentuk amalnya tidak akan diterima Allah.

Ibadah puasa memiliki pengaruh langsung dalam membina keimanan seseorang kepada Allah. Ketika berpuasa seorang muslim benar-benar mengharap ridha Allah serta merasa selalu diawasi dan dilihat Allah. Ia berpuasa tidak untuk mencari ketenaran, pangkat, jabatan dan kekuasaan.

Maka seharusnya nilai keimanan seperti ini kita terapkan dalam segala bentuk amal ibadah kita sehari-hari ketika di luar Ramadhan. Ketika kita memberi hendaklah dengan ikhlas bukan karena ingin dipuji dan disanjung orang banyak atau untuk mendapatkan popularitas, kedudukan dan kekuasaan.

Disebut dalam hadits qudsi, bahwa Allah berkata:

((أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَه)) رواه مسلم

“Aku paling tidak butuh kepada sekutu, barangsiapa yang melakukan amal mensekutukan dalamnya bersama-Ku selain-Ku, Aku tinggal ia dan kesyirikannya”.

Diantara bahaya perbuatan syirik adalah:

  1. Membatalkan seluruh amal pelakunya, sebagaimana firman Allah:

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ [الزمر/65]

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.

  1. Tidak mendapat ampunan dari Allah, sebagaimana firman Allah:

{إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا}

“Sesungguhnya Allah tidak mengapuni dosa orang berbuat syirik kepadaNya, dan mengapuni dosa-dosa selain syirik, bagi siapa yang dikehendakiNya, dan barangsiapa yang berbuat syirik kepada Allah maka sesungguhnya ia telah melakukan dosa yang amat besar”. (An Nisaa’: 48).

  1. Pelakunya diharamkan masuk surga, sebagaimana firman Allah:

{إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّهُ عَلَيهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ}

Sesungguhnya orang yang berbuat syirik kepada Allah, maka sesungguhnya Allah telah mengharamkan surga atasnya, dan tempatnya adalah neraka, dan orang-orang yang zalim tidak memiliki seorang penolongpun“. (Al Maidah: 72).

Berbagai paratek kesyirikan masih mewarnai berbagai aktivitas kita sehari-hari. Seperti meminta-minta kepada kuburan orang sholeh, mendatangi dukun, mempercayai bende-benda keramat dst.

Orang yang senatiasa berbuat syirik dan beramal dengan riya’, mereka akan menghadap Allah dengan penuh kesedihan dan penyesalan.

Sebagaimana Allah sebutkan dalam firmannya:

وَيَوْمَ نَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ نَقُولُ لِلَّذِينَ أَشْرَكُوا أَيْنَ شُرَكَاؤُكُمُ الَّذِينَ كُنْتُمْ تَزْعُمُونَ (22) ثُمَّ لَمْ تَكُنْ فِتْنَتُهُمْ إِلَّا أَنْ قَالُوا وَاللَّهِ رَبِّنَا مَا كُنَّا مُشْرِكِينَ (23) انْظُرْ كَيْفَ كَذَبُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ [الأنعام/22-24]

Dan (ingatlah), hari yang di waktu itu Kami menghimpun mereka semuanya[464] kemudian Kami berkata kepada orang-orang musyrik: “Di manakah sembahan-sembahan kamu yang dulu kamu katakan (sekutu-sekutu) Kami?.” Kemudian tiadalah jawaban mereka, kecuali mengatakan: “Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah.” Lihatlah bagaimana mereka telah berdusta kepada diri mereka sendiri dan hilanglah daripada mereka sembahan-sembahan yang dahulu mereka ada-adakan.

Dalam suasana puasa Ramadhan kita selalu merasa dalam pengawasan dan penglihatan Allah. Sehingga hal tersebut membuat kita untuk tidak melakukan hal-hal yang merusak puasa kita sekalipun tidak ada orang yang melihat kita. Jika rasa pengawasan yang tinggi ini selalu tumbuh dalam diri kita niscaya berbagai bentuk kemaksiatan dan kemungkaran akan berkurang dalam kehidupan kita sehari-hari.

sesungguhnya Allah selalu melihat gerak-gerik kita, kapan dan dimanapun kita berada. Semoga sikap ini selalu tumbuh dan berkembang dalam diri kita tentu kita.

وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ [الحديد/4]

“Dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”.

Sifat orang muttaqin yang kedua: Beriman kepada hari kemudian

Dianatara sifat orang muttaqin adalah mempercayai akan adanya hari kemudian. Hari dibalasinya setiap manusia dengan amalannya. Sesunguhnya seorang mukmin akan mengendalikan dirinya dari berbuat dosa dan maksiat karena ia mempercayai akan adanya hari pembalasan tentang segala perilakunya saat di dunia ini, walau sekecil apapun kebaikan ataupun kejelekkan yang dilakukannya pasti akan mendapat balasan kelak di akhirat kelak. Sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah:

مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ وَلَا يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا (123) وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا [النساء/123، 124]

Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah. Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.

Dan firman Allah:

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ [الزلزلة/7، 8]

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula”.

Puasa ramadhan adalah tempat dilatihnya seorang mukmin untuk mengendalikan diri.

Orang yang mampu mengendalikan diri dan hawa nafsunya Allah telah menjanjikan untuknya tempat yang penuh nikmat yaitu surga yang amat indah dan luas.

Sebagaimana firman Allah:

{وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى}

“Dan adapun orang yang takut akan kebesaran Tuhanya, dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. Maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)”.

Sifat orang muttaqin yang ketiga: Beriman kepada para malaikat

Dianatara sifat orang muttaqin adalah beriman kepada para malaikat. Dianatara mereka ada yang bertugas mencabut nyawa, mencatat amalan anak Adam, menanya mayat di alam kubur, menjaga surga, menjaga neraka dll.

Banayak kita yang beriman dengan malaikat hanaya sebatas mempercayai tentang adanya malaikat, tetapi amat sedikit diantara kita yang mengimaninya dalam bentul amal. Kita percaya ada malaikat maut, tetapi kita berprilaku seolah-olah kita orang yang terkecuali dari maut. Kita percaya ada malaikat yang mencatat amal perbuatan kita, akan tetapi perilaku kita seolah-olah amalan kita hilang tanpa jejak. Kita meyakini ada malaikat di alam kubur, akan tetapi perilaku kita menunjukkan seakan-akan kita tidak akan dikubur. Kita percaya ada malaikat yang menjaga surga dan menjaga neraka, akan tetapi perilaku kita menunjukkan seakan-akan tidak adanya surga dan neraka.

Mari kita perbaiki keimanan kita kepada para malaikat, agar kita mencapai peringkat taqwa.

Sifat orang muttaqin yang keempat: Beriman kepada kitab-kitab suci Allah

Diantara sifat orang muttaqin adalah beriman dengan kitab Allah. Allah menurunkannya sebagai petunjuk bagi umat manusia.

Sebagaimana firman Allah:

{شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ} [البقرة/185]

“Bulan Ramadhan, bulan yang padanya diturunkan Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”.

Al Qur’an adalah kitab Allah yang paling mulia, Allah menjaga kemurnian dan keasliannya. Tidak sedikitpun dicampuri oleh kebatilan. Hukum-hukumnya berlaku sampai akhir zaman, cocok untuk segala masa dan tempat.

Sebagaiman Allah berfirman:

{إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ} [الحجر/9]

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran itu, dan sesungguhnya Kami benar-benar memelihara (kemurniannya)“.

Suatau hal yang amat perlu diwaspadai oleh setiap muslim yaitu munculnya gerakan dan pemikiran yang mencoba membuat keraguan tentang keaslian dan kemurnian Al Qur’an.

Banyak diantara kita yang mengaku beriman dengan kitab Allah, akan tetapi amat sedikit dianatara kita yang membaca dan mempelajari hukum-hukumnya.Mari kita bangun kehidupan kita berdasarkan ajaran Al Qur’an.

Sifat orang muttaqin yang kelima: Beriman kepada para nabi dan rasul

Diantara keyakinan orang muttaqin adalah beriman kepada segala nabi dan rasul. Mereka adalah hamba Allah yang diberi tugas untuk menyampaikan wahyu. yang paling mulia diantara mereka adalah nabi kita Muhammad r. Ia adalah nabi terakhir tidak ada lagi nabi sesudahnya. Barang siapa yang mengaku sebagai nabi atau mempercayai ada nabi sesudahnya maka ia telah keluar dari agama islam.

Allah berfirman:

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا [الأحزاب/40]

Muhammad itu bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kalian, akan tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Beliau r bersabda:

((كانت بنو إسرائيل تسوسهم الأنبياء كلما هلك نبي خلفه نبي وإنه لا نبي بعدي)) متفق عليه

“Dahulu Bani Israil selalu dipimpin oleh nabi, setiap meninggal nabi diganti oleh nabi. Dan sesungguhnya tidak ada lagi nabi sesudahku”.

Barangsiapa yang tidak mau beriman dengan beliau adalah kafir. Ia diutus untuk seluruh umat manusia, sebagaimana dinayatakan firman Allah:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ [سبأ/28]

“Dan Kami tidak mengutus kamu (Muhammad), melainkan bagi seluruh umat manusia, sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui”.

Dan firman Allah:

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا [الأعراف/158]

“Katakanlah (Muhammad): “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian semuanya”.

Demikian pula sabda Nabi r:

((وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلاَ نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ)) رواه مسلم

“Demi Zat, yang jiwa Muhammad berada ditangan-Nya, tidaklah seorangpun dari umat ini yang mendengar tentang aku (diutus) –baik orang Yahudi maupun Nasrani- kemudian ia mati dan (dalam keadaan) tidak beriman dengan apa yang aku diutus dengannya! Kecuali termasuk sebagai penghuni neraka”.

Beliau adalah manusia yang tidak boleh disekutukan dengan Allah dalam do’a dan ibadah. Beliau tidak dapat mengetahui hal-hal yang ghaib, sebagaiman firman Allah:

قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ [الأعراف/188]

“Katakanlah (Muhammad): “Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman“.

Dan firman Allah:

قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى إِلَيَّ [الأنعام/50]

“Katakanlah (Muhammad): Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku”.

Sebagai bukti cinta kita kepada beliau adalah melakukan ibadah sesuai dengan tuntunan yang beliau ajarkan. Serta mempelajari dan mengalkan sunnah-sunnah beliau dalam kehidupan kita sehari-hari.

Sifat orang muttaqin yang keenam: MSemiliki rasa social yang dalam terhadap kaum du’afa’

Dianatara sifat orang muttaqin adalah memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya.

Diantara kenangan puasa Ramdhan terhadap seorang muslim adalah merasakan segelintir penderitaan kaun dhu’afa’.
Sehingga menumbuhkan rasa iba dan santun kepada mereka. Kita menyadari bahwa Allah telah menitipkan rezki mereka pada kita.

Di hari yang suci ini, kita merayakannya dengan penuh kebahagian; namun disana ada saudara-saudara kita yang seiman dan seaqidah tidak dapat berbahagia seperti kita. Anak-anak mereka tidak memiliki pakaian baru, mereka tidak memiliki kue lebaran yang dapat mereka suguhkan untuk anak-anak mereka. di sana ada anak yatim mereka tidak memiliki orang tua yang bisa mencium dan tersenyum kepada mereka pada hari yang berbahagia ini. Di sana ada saudara kita yang terbaring di rumah sakit. marilah dihari yang suci ini kita bantu mereka dengan apa yang bisa kita berikan, dengan memberi hadiah kepada anak-anak mereka, mengundang mereka untuk mencicipi hidangan kita, supaya kebahagian ini tidak hanya kita yang merasakan, tapi kita bagi dengan saudara-saudara kita yang seiman.

Sifat orang muttaqin yang ketujuh: Mendirikan shalat

Shalat adalah rukun kedua dari rukun Islam, ia adalah tiang agama. Apabila tiang tidak berdiri maka sebuah bangunan akan roboh. Shalat adalah amalan yang pertama dihitung pada hari kiamat kelak. Jika amalan shalatnya diterima, maka diterimalah amalan-amalan lainnya. Sebaliknya jika amalan sholatnya ditolak maka ditolak pula amalan-amalan yang lainnya.

Sebagimana sabda Rasulullah r:

((أول ما يحاسب به العبد يوم القيامة الصلاة فإن صلحت صلح له سائر عمله و إن فسدت فسد سائر عمله))

“Hal yang pertama sekali yang dihitung pada hari kiamat terhadap seorang hamba adalah amalan shalatnya, jika shalatnya baik (diterima) maka seluruh amalannya yang lain akan diterima. Dan jika amalan shalatnya rusak (ditolak) maka seluruh amalannya yang lain akan ditolak”.

Orang yang tidak sholat tempatnya adalah di neraka Saqar, sebagaimana firman Allah:

مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ (42) قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ [المدثر/42، 43]

“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)? Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat”.

Diantara kita ada yang berpuasa akan tetapi tidak sholat. Ini suatau hal sangat menyedihkan di tengah-tengah umat kita. Banyak para ulama menyebutkan bahwa orang yang tidak shalat puasanya tidak diterima oleh Allah Swt.

Sifat orang muttaqin yang kedelapan: Menunaikan zakat

Zakat adalah sejolinya sholat, oleh sebab itu sering kita temui dalam Al Qur’an setiap disebutkan sholat selalu disebutkan zakat. Ini menunjukkan bahwa keduanya tidak dapat dipisahkan dalam menunaikannya.

Orang yang tidak mau mengeluarkan zakat kelak hartanya akan menjadi ular bertaring panjang yang melilit di lehernya kemudian senantiasa menggigit samping kiri dan kanan mulut orang tersebut.

Sebagaimana sabda Rasulullah r:

((من آتاه الله مالا فلم يؤدي زكاته مثل له يوم القيامة شجاعا أقرع له زبيبتان يطوقه يوم القيامة ثم يأخذ بلهزميه يعني شدقيه ثم يقول أنا مالك أنا كنزك)) رواه البخاري

“Barangsiapa yang diberi harta oleh Allah, lalu ia tidak membayar zakatnya, pada hari kiamat harta tersebut akan menjadi seekor ular yang berkepala botak, memiliki dua taring panjang, yang melilit dilehernya pada hari kiamat, kemudian ular itu menggigit kedua belah pipinya sambail berkata: aku adalah hartamu dan simpananmu”.

Sifat orang muttaqin yang kesembilan: Suka menepati janji

Diantara pelajaran yang amat penting dari berpuasa adalah menanamkan sikap jujur pada diri seorang muslim, jika ia berbohong dalam berpuasa maka yang dibohonginya adalah dirinya sendiri, oleh sebab itu puasa adalah rahasia antara seorang hamba dengan Allah. mudahan-mudahan sikap jujur ini tetap bertahan dalam prilaku kita sehari-hari, sehingga pringkat taqwa sebagai tujuan dari ibadah puasa dapat kita raih.

Telah bersabda Rasulullah r:

(من لم يدع قول الزور والعمل به فليس لله حاجة في أن يدع طعامه وشرابه) رواه البخاري

Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan bohong maka Allah tidak butuh dalam ia meninggalakan makan dan minum“. (H.R. Bukhari).

Pada sa’at ini kejujuran sesuatu yang amat mahal dan bagaikan barang langkah ditengah-tengah kehidupan kita. Baik ditingkat masyarakat umum maupun ditingkat golongan terpelajar. Ketika kejujuran telah diperjual belikan sa’at itu pula kehancuran menimpa kihidupan kita. Sikap suka berbohng dan dusta telah merusak segala lini jaring-jaring kehidupan kita. Semoga Ramadhan tahun ini dapat mengembalikan kita kepada kejujuran. Jujur dalam berkata, jujur dalam berbuat, jujur dalam segala hal.

Sebagaimana Allah tegaskan dalam firman-Nya:

{وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْئُولًا} [الإسراء/34]

“Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya”.

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَوْفُوا بِالْعُقُودِ} [المائدة/1]

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah janji-janji itu”.

Sifat orang muttaqin yang kesepuluh: Memiliki sifat sabar

Diantara siafat orang muttaqin dalam ayat yang berlalu adalah memiliki sifar sabar; sabar dalam menjalankan perintah Allah, sabar dari meninggalkan larang-larang Allah, serta sabar dalam menerima cobaan dari Allah. Ketiga bentuk sabar ini terdapat dalam ibadah puasa. Dalam berpuasa kita diuji Allah dengan lapar dan haus. Dalam berpuasa kita tetap melaksanakan segala bentuk ibadah kepada Allah. Dalam berpuasa kita mengendalikan diri dari berbuat dosa kepada Allah.

Sebagaimana sabda Rasulullah r:

(وإذا كان يوم صوم أحدكم فلا يَرفُث ولا يَصخَب فإن سابه أحد أو قاتله فليقل إني امرؤ صائم). متفق عليه.

“Dan Apapbila dihari kalian berpuasa maka janganlah ia berkata keji dan bertengkar. Jika seseorang mencacinya dan memukulnya, maka hendaklah ia berkata: sesungguhnya aku sedang berpuasa”.

Mari kita jauhi sifat suka balas dendam, sebaliknya mari kita tumbuhkan sifat sabar dan pemaaf dalam diri kita. Pahala dan balasan orang yang memiliki sifat sabar, adalah balasan yang tak ada batasnya, sebagaimana Allah sebutkan dalam firman-Nya:

{إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ}

“Sesungguhnya orang-orang yang sabar akan dicukupkan pahala mereka tampa batas”. (Az Zumar: 10).

  • Jema’ah shalat idul fitri yang berbahagia,,,

Marilah pada hari yang suci ini kita saling mema’afkan, antara sesama kita, antara suami-isteri, antara anak dengan orang tua, antara sesama tetangga, antara sesama sanak famili, semoga Allah menerima amalan kita, kemudian bantulah saudara-saudara kita yang kurang mampu, sebagaimana yang dianjurkan Rasululllah r pada hari suci ini.

Untuk kesempurnaan ibadah puasa Ramadhan ikutilah dengan puasa enam hari pada bulan syawal, tidak disyaratkan berturut-turut, yang penting dilakukan selama bulan syawal, sebagaimana anjuran Rasulullah r:

(مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ)

Barangsiapa yang puasa bulan Ramadhan lalu diiuktinya dengan (puasa) enam hari di bulan Syawal, sama dengan puasa sepanjang tahun“. (H.R.Muslim).

والحمد لله رب العالمين


Artikel asli: https://dzikra.com/sifat-sifat-orang-yang-muttaqin/